Between Social Life and Social Media


BETWEEN SOCIAL LIFE AND SOCIAL MEDIA
[Terinspirasi dari kehidupan pribadi]

               Acha melangkah menuju kelasnya tanpa memerhatikan jalan. Pandangannya tertuju sepenuhnya pada layar ponsel canggihnya yang sedang menampilkan tampilan home di Twitter. Jemarinya menari diatas layar ponsel nya, mengetikkan sesuatu.
               Larissa Safanah
               @Acha_larissa
               Hari ini ada ulangan kimia. Semangat, Acha!

               Lalu ia mengeluarkan aplikasi twitter dan mengantongi ponselnya, lalu berjalan dengan riang memasuki kelasnya. Ia sudah belajar tadi malam untuk ulangan hari itu. Didalam kelas, teman-temannya tampak sibuk berkutat dengan buku mereka masing-masing. Acha lalu menghampiri tempat duduknya yang ada dibelakang dan mengeluarkan kembali ponselnya, membuka aplikasi Instagam. Ia lalu memotret buku kimianya yang sengaja ia buka dan mempostingnya di Instagram dengan keterangan; Kimia, God Bless Me.
               Belum semenit sudah ada beberapa orang yang menyukai postingannya membuatnya tersenyum senang, ia lalu membuka home Instagram dan melihat postingan para following nya disitu. Saat melihatada akun idolanya yang memposting foto, ia langsung terlihat heboh sendiri dan mengomentari foto tersebut dengan berbagai pujian.
               “Cha, main instagram aja, udah belajar belum?” Teman sebangku Acha—Silvia menegurnya.
               Tanpa menoleh sedikitpun pada Silvia, Acha hanya mengangguk. Silvia mengangkat bahu memaklumi kecintaan teman sebangku nya itu pada social media hingga membuat Acha selalu up to date dibandingkan mereka.
               Lonceng berbunyi tanda masuk. Terdengar beberapa keluhan dari beberapa teman sekelas Acha termasuk Silvia. Hanya Acha yang terlihat acuh. Ia bahkan masih asik dengan Instagram nya yang tengah membuka akun seorang idolanya.
               “Selamat pagi anak-anak,” sapa guru kimia mereka—Bu Winda.
               Silvia langsung menyenggol kecil tangan Acha membuat gadis itu langsung memasukkan ponselnya kedalam saku, “pagi, Bu,” jawab mereka bersamaan.
               Setelah sedikit berbasa-basi, soal ulangan dibagikan. Beberapa orang dikelas itu terlihat senang dan ada pula yang terlihat kecewa ketika menerima soal. Saat soal sampai di Acha, Acha langsung terkejut ketika menyadari materi yang keluar diulangan hari itu bukanlah materi yang ia pelajari tadi malam. Ia langsung merutuki dirinya sendiri ketika menyadari bahwa ia kurang teliti saat belajar.
               Tadi malam, Acha sudah bertekad belajar dan googling tentang materi kimia bab yang sedang mereka pelajari. Tau-tau ia mendapat pemberitahuan dari Gmail-nya bahwa akun Youtuber favoritnya, Skinnyindonesian24, mengunggah beberapa video baru sehingga membuat belajarnya buyar. Tanpa ia sadari, ia telah salah membuka website sang seharusnya materi yang harus ia pelajari malah materi bab sebelumnya.
               Mau tidak mau Acha hanya membuat rumus asal untuk menjawab soalnya hingga mendapat jawaban asal-asalan pula. Tapi bagaimana lagi, ia tidak mengerti betul materi itu.
               Jam kimia berakhir tepat saat bel istirahat berbunyi dan mereka harus mengumpulkan pekerjaan mereka meskipun tidak selesai.
               “Enak banget ya, Cha, soalnya. Gak nyangka yang dikeluarin malah yang itu,” Silvia bersorak kecil saat mereka berdua beriringan berjalan menuju kantin.
               Acha hanya bergumam tak jelas sambil menggerakkan jarinya diatas ponsel, men-tweet isi hatinya.
               Larissa Safanah
               @Acha_larissa
               Salah materi. Mampus.
              
               Beberapa detik kemudian ada reply dari Deva, kakaknya,
               Deva Ekada
               @Deva_ekada15
               Rasain, makanya jangan asik nontonin youtube mulu :p RT @Acha_larissa: Salah materi. Mampus.

               Acha menggerutu kecil.  Tadi malam Deva bahkan ikut menonton Youtube dengannya karena mereka memang mempunyai hobi yang sama.
               Pulang sekolah Acha membanting dirinya diatas kasur dan langsung membuka laptop. Ia mengetikkan alamat Twitter dan Facebook dikedua tab berbeda. Lalu ia tenggelam dalam dunianya ber jam-jam entah apa saja yang ia lihat.
               Acha yang memiliki nama lengkap Larissa Safanah Arif memanglah maniak dunia maya. Ia memiliki banyak akun, bahkan memiliki blog sendiri yang sudah dikunjungi beribu orang. Menurutnya kehidupan dalam social media lebih menyenangkan dalam kehidupan nyata. Banyak hal menarik yang ia dapatkan disana. Berbagai informasi, berbagai hiburan dan berbagai pengetahuan. Ia memiliki banyak followers di Twitter dan Instagram, dan memiliki banyak teman di Facebook hingga penuh.
               Deva tak jauh beda dengan Acha, hingga akhirnya orangtua mereka memutuskan untuk memasang Wi-fi sendiri dirumah setelah berbulan bulan menggunakan modem dan membuat banyak pengeluaran. Pernah sekali karena kewalahan atas pengeluaran yang dibuat kakak-beradik itu, orang tua mereka menyita modem dalam waktu yang cukup lama. Bukannya sadar, Acha dan Deva justru sering keluar rumah berjam-jam karena kewarnet. Maka semakin kewalahan lah orang tua mereka. Hingga akhirnya bujuk rayu mereka berhasil membuat beberapa orang dari kantor Telkom berkutat dengan kabel dirumah mereka untuk memasang sambungan Wi-fi.
***
               Pagi itu Acha sedang mnyiapkan buku pelajaran nya sambil mengunyah roti yang disediakan Ibunya untuk sarapan.
               “Geografi, Ekonomi, Bahasa Inggris, Penjaskes,” gumamnya membaca satu persatu jadwal hari itu. Tangannya dengan cekatan memilah buku yang ia perlukan dan memasukkannya kedalam tas. Lalu matanya tertuju pada sebuah post-it yang tertempel didalam lemari bukunya yang bertuliskan; Sabtu, PR Ekonomi, hafalan pidato bahasa inggris. Semacha!
               Acha langsung heboh mencari teks pidato Bahasa inggris yang ia cari di internet beberapa hari yang lalu. ia kembali merutuki dirinya kenaa baru menyiapkan mata pelajaran dipagi hari. Kalau saja ia menyiapkannya sejak malam maka ia punya waktu untuk menghafalkan nya. Belum lagi PR Ekonomi yang super banyak. Ia mulai panic.
               Deva tadi malam mengajaknya bermain Modoo Marble, permainan monopoli online. Dan mereka baru berhenti bermain pukul setengah duabelas. Itupun jika tidak ditegur oleh ayah mereka, mereka takkan ingat waktu tidur lagi.
               Acha langsung berlari menuju dapur menghampiri Deva yang tengah sarapan dan menariknya sambil merengek minta cepat cepat berangkat. Mereka memang selalu berangkat bersama karena sekolah mereka sama. Deva dan Acha hanya berbeda dua tahun. Acha kelas X dan Deva kelas XII.
               “Kenapa sih? Sarapan ku belum habis, Cha,” omel Deva.
               “Ya buruan lah, Kak Dev. Buru-buru nih, atau aku naik angkot aja?” ancam Acha. Ia yakin ancaman itu akan berhasil karena pernah sekali ia naik angkot dan duduk dipinggir dekat pintu sambil memainkan ponsel. Saat sedang berhenti menunggu penumpang lain, sebuah tangan menyambar ponsel Acha. Untung saja Acha memegang ponselnya erat dan langsung berteriak membuat si pencopet kalang kabut. Acha memang tidak apa-apa, ponsel nya pun baik-baik saja. Tapi Acha adalah orang yang paranoid. Ia pulang kerumah dengan badan yang sedikit terguncang dengan tangisan yang tak berhenti. Ia penggemar film action dan thriller membuatnya selalu berfikir negative. Perlu sejam untuk membuat Acha tenang.
               Deva bergidik. Waktu itu Ia dapat kemarahan dari orang tua mereka karena dianggap tidak menjaga Acha. Jadi mau tidak mau ia langsung menyeret Acha ke garasi dan melaju dengan motornya menuju sekolah dari pada harus dimarahi kedua kalinya. Siapa tahu hal tersebut bisa terjadi lagi.
               Sampai disekolah, Acha langsung ribut mencari bahan contekan dan langsung mendapatkannya dari si ketua kelas, Patton. Pelajaran pertama adalah Ekonomi makanya ia harus menyelesaikan PR ekonominya terlebih dahulu. Urusan pidato bahasa inggris, itu bisa nanti karena ada di jam terakhir.
               Lonceng berbunyi ketika Acha baru menyelesaikan soal ketiga dari lima soal. Berhubung guru Ekonomi adalah guru paling disiplin, Setelah pukulan terakhir pada lonceng telah berdenting, beliau sudah memasuki ruang kelas.
               “Kumpulkan PR,” kata beliau.
               Patton langsung menarik pekerjaannya dari meja Acha dan langsung mengumpulkannya tanpa memedulikan tatapan memelas dari Acha. Terpaksa Acha mengumpulkan pula meskipun hanya tiga soal.
               Ketika jam Ekonomi berkhir, hasil ulangan Kimia dibagikan. Silvia tersenyum lebar ketika menerima hasil ulangannya dengan nilai 90, dan Acha langsung keringat dingin saat menerima miliknya.
               “Dapat berapa, Cha?” Tanya Silvia ketika melihat Acha tak kunjung membuka hasil ulangannya.
               “Hehe, Ada deh,” jawab Acha garing dan lengsung memasukkan miliknya kedalam tas. Ia sendiri tak tahu nilainya berapa dan tak mau tahu.
               Menghindari tatapan penasaran Silvia, ia memainkan ponselnya membuat Silvia akhirnya menyerah dan tak memedulikannya.
               Larissa Safanah
               @Acha_larissa
               Sudah dapat cobaan dari ekonomi sama kimia. Beri kemudahan dipidato bahasa inggris, Tuhan.                Amin O:)

***
               Bukan hanya dua kali itu Acha teledor. Pernah ia dikeluarkan dari kelas karena keasikan berchat ria denga temannya di facebook saat berangkat sekolah hingga ia lupa meminta Deva berhenti untuk membeli buku pelajaran yang harus diwajibkan untuk dibawa. Ketika Bu Ira masuk kelas dan otomatis seisi kelas mengeluarkan buku mereka masing-masing, barulah Acha ingat. Atas kesepakatan minggu sebelumnya, siapapun yang tidak membawa buku pelajaran, akan dikeluarkan dari kelas. Dan lima menit kemudian Acha sudah duduk manis di kantin karena tidak tahu harus kemana.
               Setelah kejadian sial Acha yang terjadi berurutan itu, ia dimarahi kedua orang tuanya berkat aduan dari Deva. Ia juga ditegur oleh Silvia. Apalagi beberapa hari lagi akan diadakan Ulangan Tengah Semester. Kedua orang tuanya telah berancang-ancang untuk menyita berbagai gadget Acha dan Deva. Dan akan dikembalikan jika mereka mendapat nilai bagus.
               Saat ulangan pertama dimulai, Acha uring-uringan belajar karena tidak dapat melihat recent updates di media sosialnya dan tidak dapat mencurahkan isi hatinya. Untungnya Acha masih dapat menjawab dengan lancar. 
               Ulangan hari kedua, orang tua Acha dan Deva menawarkan sebuah ponsel baru untuk siapapun yang mendapat nilai lebih tinggi. Semangat Acha langsung keluar, ia belajar siang malam demi ponsel baru mengingat ponselnya sudah sering mengalami error.
               Ulangan hari ketiga dan seterusnya semangat Acha tampak masih berapi-api hingga ulangan hari terakhir. Setelah ulangan selesai, beberapa hasil dibagikan. Acha puas ketika mendapati nilai nya tidak begitu buruk dan lebih baik dari Deva. Dengan senyum lebar ia mengulurkan tangannya pada orang tuanya dan langsung diberikan benda kesayangannya.
              
Seharian dan semalaman ia berada dikamar didepan layar laptopnya. Beberapa tab dibuka. Ada Twitter, Facebook, Youtube dan Wattpad. Beberapa jam ia habiskan untuk menonton video yang diunggah oleh youtuber favoritnya dan membaca cerita di Wattpad yang sudah tertinggal beberapa chapter.
***
               Acha dan Deva berlari saling mendahului masuk kedalam rumah dengan raport mereka masing masing. Mreka sudah menerimanya dan sejak tadi belum memberitahu satu sama lain karena ingin memberitahukan Ayah Ibu mereka terlebih dahulu.
               Orang tua mereka yang berada diruang televisi langsung menoleh ketika mendapati kedua anak mereka dengan wajah sumringah memberikan raport mereka masing masing. Oraang tua mereka memeriksa laporan hasil belajar Acha dan Deva yang sedang harap-harap cemas. Sama-sama berharap mendapatkan nilai lebih tinggi agar mendapatkan sebuah ponse baru.
               “Sayang yah, Acha,” Kata Ibu mereka.
               Wajah sumringah Acha langsung redup, sementara Deva menjadi tersenyum lebih lebar.
               “Iya Acha, kamu membuat kecewa…” Kata Ayahnya gantung.
               Badan Acha melorot di sandaran sofa.  Ia merasa kurang belajar lebih keras. Rasa kesalnya hampir saja memuncak jika Ayahnya tidak melanjutkan, “kamu membuat kecewa Deva karena nilai Deva lebih rendah dari Acha. Selamat ya, sayang,” lanjut Ayahnya dengan senyuman geli.
               Acha langsung berteriak senang dan langsung menjulurkan lidahnya pada Deva. Deva yang awalnya ingin pura pura cemberut tidak bisa menyembunyikan senyumannya akibat tingkah lucu Acha.
               “Hadiah aku mana?” Tanya Acha tak sabar.
               “Dikamar Ibu sama Ayah. Kalian ganti baju, ya. Kita makan siang diluar. Cepat,” kata Ayahnya.

               Setengah jam kemudian mereka sudah berada disebuah restoran dan menyantap makan siang mereka. Dan tak lama setelah itu, Acha menunggah fotonya di Instagram dengan kedua orang tuanya dan Deva di restoran itu dengan keterangan;
 its my social life. Harus bisa membagi waktu di kehidupan nyata dan tidak nyata. Sudah merasakan kesialan karna keasikan di media social, dan tidak akan mengulangnya lagi. Ngomong-ngomong, social life nggak kalah menyenangkan daripada social media :)

SELESAI.

Komentar