Jejak Para Pendaki Gunung

Jaman sekarang, hobby mendaki gunung sedang menjadi trend. Kaya di daerah gue yang isi media sosial 80% anak mudanya pasti ada foto mereka saat mendaki menggunakan baju MY TRIP MY ADVENTURE lalu diiringi caption yang terkesan nih-gue-cinta-alam-banget.

Jujur, gue iri sama mereka yang upload foto pas lagi mendaki soalnya gue sendiri gak berani minta ijin pergi ke mak bapak. Gue iri sama jiwa alam mereka yang akhirnya terpenuhi setelah berhasil mendaki gunung dan menikmati Indonesia dari atas sana. Gue iri ketika mereka bisa memberikan pesan untuk orang-orang berupa tulisan diatas kertas yang mereka foto ketika berada di ketinggian. Gue iri sama mereka yang dengan gagahnya mengangkat bendera merah putih ketika sudah berhasil mendaki. Gue. Iri. Banget.

Tapi beberapa minggu kemudian gue baru sadar kalo gak semua pendaki itu benar-benar bertujuan untuk menikmati alam. That's all just a fuckin bullshit.

Beberapa bulan lalu, gue nemu album photo di Facebook Fahmee Juljul yang berjudul Predator Gunung dari Gunung Lawu. Isinya foto sampah-sampah kertas bertuliskan pesan-untuk-orang-tersayang-mereka-yang-gue-irikan-itu yang bertebaran dimana-mana. Jadi bisa ditarik kesimpulan setelah mereka fotoin pesan-untuk-orang-tersayang-mereka itu, kertasnya mereka buang gitu aja. Mungkin pada mikir, persetan dengan sampahnya yang penting pesan ini udah gue foto.

Terus pas tujuhbelasan kemaren, following instagram gue ada ngeupload foto dia diatas gunung lagi ngibarin bendera merah putih. Sejauh itu masih terlihat keren. Tapi gimana kalo bendera yang dia kibarin itu malah penuh sama coretan-coretan tanda tangan?
Akhirnya ada yang komentar fotonya nanyain kenapa tuh bendera malah dicoret-coret. Doi bilang itu bendera bukan punya dia, tapi hasil nemu diatas gunung tersebut. Nemu, men. Artinya bendera itu dibuang diatas gunung.

Njir, tingkat respect gue malah berkurang sama para pendaki gaul ini. Yak, gue percaya gak semua pendaki sebejat itu. Justru gue malah prihatin sama pendaki yang benar-benar pendaki.  Mereka yang benar-benar mencintai alam malah disuguhkan oleh pemandangan gak enak dari para pendaki-pendakian yang sok mencintai alam tapi justru merusak alam.

Setidaknya, kantongin dululah sampahnya, terus buang di tempat yang bisa dijangkau oleh para pasukan kuning. Maksud gue, apa ada pasukan kuning diatas sana? Kalaupun ada, tetep aja bawa pulang sampah lo karena pendaki gak meninggalkan apapun kecuali jejak kaki.

Jangan cuma merasa keren kalo lo udah berpose diatas gunung dengan baju bertuliskan My Trip My Adventure dan sok mencintai alam. Karena pecinta alam bukan cuma mereka yang mengabadikan momentnya dalam foto, tapi pecinta alam adalah mereka yang benar-benar menjaga alam dan gak mau merusaknya sedikitpun.

Hah sudahlah, maafkan Anis yang lagi nynyir ini.

Pokoknya gak perlu mendaki gunung, ke air terjun super tinggi, atau diving buat menjadi seorang pecinta alam. Kalo lo sudah bisa membuang sampah di tempatnya, lo udah jadi pecinta alam yang sebenarnya kok.Ye nggak sih? Yoi.