Aku pernah merasa hidupku sempurna. Dimana beban terberat hanyalah tugas sekolah yang begitu menyita waktu bermain, dimana masalah serius hanyalah nilai yang tidak memuaskan.
Aku pernah merasa hidupku sempurna. Ketika aku masih bisa berkumpul dengan teman-temanku di satu ruangan. Ketika aku tanpa sengaja seringkali berpas-pasan denganmu dan saling melontarkan senyum atau lambaian ringan.
Ketika itu... kita semua masih menggunakan seragam yang sama, masih menghabiskan setengah hari di tempat dan waktu yang sama.
Yap, kamu satu dari beberapa hal yang menyempurnakan masa putih abu-abuku.
Ini kisah biasa di mata orang lain. Hanya tentang semangat sekolah yang muncul karenanya, berjalan beriringan di koridor, menghabiskan kegiatan sore di ekskul yang sama, atau makan bersama di kantin. Tapi kisah ini terasa begitu menyenangkan untukku.
Masih sempurna.. sampai akhirnya kamu memintaku untuk menandatangani seragammu. Dan mulai saat itu, semangatku tidak lagi sama. Tidak ada lagi kamu yang sering duduk di pos sekolah bersama teman-temanmu. Dan makan sendirian di kantin, tetaplah makan sendirian. Tidak akan ada yang datang dan duduk di sebelahku hanya karena alasan menemani.
Saat itu kita terbiasa belajar dan sibuk di waktu dan tempat yang sama, bahkan justru di saat itulah kita bisa bertemu. Tapi sekarang aku bisa saja belajar di waktu kosongmu atau begitu sebaliknya. Dan sibuk ataupun senggang, jarak tetap tidak akan mengijinkan kita untuk saling lempar senyum atau lambaian ringan seperti biasanya.
Ini menyesakkan. Belum lagi ada banyak opini jelek mengenai jarak yang tidak bisa bersahabat baik dengan niat dan komitmen. Kita bahkan sempat gugur dan hampir menyerah karenanya.
Aku juga tidak berani menjamin apakah aku akan selalu lebih kuat dari jarak yang begitu berkuasa. Mungkin saja suatu saat aku maupun kamu akhirnya benar-benar menyerah dan saling melepaskan. Mungkin saja suatu saat yang kutuliskan bukan lagi tentangmu, dan yang kau pikirkan bukan lagi tentangku. Mungkin saja suatu saat akan ada orang yang selalu ada dan lebih menyenangkan.
Dan mungkin saja suatu saat kita bukanlah lagi kita. Hanya aku dan kamu yang pernah punya cerita lampau yang sama.
Optimisku mati, impianku tidak berani berkembang lebih besar dan semakin besar. Yang kubisa hanyalah terus menerus bergantung pada semoga dan mengeratkan genggamanku pada satu kata itu. Satu kata yang kuharap bisa saja mematahkan semua kemungkinan terburuk itu. Iya, semoga :)
-
Yak! Ini postingan temen gue yang nulis. Iya, tulisan temen gue. Bener deh, ga boong. Beneran. Ehehehehehehehe. Dah ah, bhay.
Aku pernah merasa hidupku sempurna. Ketika aku masih bisa berkumpul dengan teman-temanku di satu ruangan. Ketika aku tanpa sengaja seringkali berpas-pasan denganmu dan saling melontarkan senyum atau lambaian ringan.
Ketika itu... kita semua masih menggunakan seragam yang sama, masih menghabiskan setengah hari di tempat dan waktu yang sama.
Yap, kamu satu dari beberapa hal yang menyempurnakan masa putih abu-abuku.
Ini kisah biasa di mata orang lain. Hanya tentang semangat sekolah yang muncul karenanya, berjalan beriringan di koridor, menghabiskan kegiatan sore di ekskul yang sama, atau makan bersama di kantin. Tapi kisah ini terasa begitu menyenangkan untukku.
Masih sempurna.. sampai akhirnya kamu memintaku untuk menandatangani seragammu. Dan mulai saat itu, semangatku tidak lagi sama. Tidak ada lagi kamu yang sering duduk di pos sekolah bersama teman-temanmu. Dan makan sendirian di kantin, tetaplah makan sendirian. Tidak akan ada yang datang dan duduk di sebelahku hanya karena alasan menemani.
![]() |
2015. |
![]() |
2016. |
Saat itu kita terbiasa belajar dan sibuk di waktu dan tempat yang sama, bahkan justru di saat itulah kita bisa bertemu. Tapi sekarang aku bisa saja belajar di waktu kosongmu atau begitu sebaliknya. Dan sibuk ataupun senggang, jarak tetap tidak akan mengijinkan kita untuk saling lempar senyum atau lambaian ringan seperti biasanya.
Ini menyesakkan. Belum lagi ada banyak opini jelek mengenai jarak yang tidak bisa bersahabat baik dengan niat dan komitmen. Kita bahkan sempat gugur dan hampir menyerah karenanya.
Aku juga tidak berani menjamin apakah aku akan selalu lebih kuat dari jarak yang begitu berkuasa. Mungkin saja suatu saat aku maupun kamu akhirnya benar-benar menyerah dan saling melepaskan. Mungkin saja suatu saat yang kutuliskan bukan lagi tentangmu, dan yang kau pikirkan bukan lagi tentangku. Mungkin saja suatu saat akan ada orang yang selalu ada dan lebih menyenangkan.
Dan mungkin saja suatu saat kita bukanlah lagi kita. Hanya aku dan kamu yang pernah punya cerita lampau yang sama.
Optimisku mati, impianku tidak berani berkembang lebih besar dan semakin besar. Yang kubisa hanyalah terus menerus bergantung pada semoga dan mengeratkan genggamanku pada satu kata itu. Satu kata yang kuharap bisa saja mematahkan semua kemungkinan terburuk itu. Iya, semoga :)
-
Yak! Ini postingan temen gue yang nulis. Iya, tulisan temen gue. Bener deh, ga boong. Beneran. Ehehehehehehehe. Dah ah, bhay.
Haaaa yakin ini tulisan teman? Jangan-jangan kamu sendiri akakkakka
BalasHapusTemen? Temen kamu yang bisa nulis kek ginian siapa?
BalasHapusSumpah nggak percaya ini tulisan temen kamu, Dek. Kesannya deep banget dari lubuk hati si penulisnya. :'3
BalasHapusAnyway, itu, kok, malah udah ciut duluan nyalinya ama jarak. Jarak kan ada untuk ditempuh, bukan dikeluh karena jauh. Ayo, dong, semangat kayak biasanya. Emang nggak gampang, sih, apalagi kalau udah terbiasa bareng-bareng. Tapi, ya, kalau kita cuma diem di tempat, mana bisa maju berdua? :))
ikut :(
BalasHapushebat masih sekolah sudah pinter ngeblog
BalasHapusnice
http://rizgidenature.blogspot.co.id/2016/08/sembuhkan-gonnorheachlamydia-dalam.html
Waw dalem amat ini curhatannya. Friendship tiada tara! Unlimited.
BalasHapusIni tulisan temen? Cewek atau cowok? Kalo cewek nitip salam yah.
Diksinya mantep nih. Tulisan dari hati banget ini mah. :))
BalasHapusLama gak main ke sini karena vakum. Hehehehe. Selamat berjuang setelah lulus SMA! :D
Keren nih, gue mah waktu SMA blm bisa ngblog, tahu mah tahu.. hee
BalasHapussalam kenal ya, boleh maen ke andinugraha.com
Dalem amat. :v
BalasHapusTapi Nis, semakin nambah umur semakin nambah masalah loh. Eh katanya siiiik.. :p
jadi terharu baca ceritanya .... :)
BalasHapusditunggu tulisan lainnya ya...
BalasHapuswaaah
BalasHapusyakin ene tulisan temen??
Jadi nostalgia banget bacanya
kangen masa SMA lagi
saat kita bisa ketemu temen-temen kita stiap hari
bukannya harus nyocokin jadwal dulu
kakak mesti ikut jualan deh :D #ups
BalasHapuswww.vnfclothing.com
Wah tulisan nya bermakna sekali, jadi terbawa suasana masa perjuangan SMA:-)
BalasHapusYaAmpun jadi flashback sama temen2 waktu SMA yg sekarang sudah berjauhan dan hidup masing2 :')
BalasHapusMohon Izin Nitip Link ya Sist
nice post.
BalasHapusthank you.
http://www.dutarentalmedan.com/
SMA kayaknya indah ya, ga kayak ane SMK :(
BalasHapusinget banget kata kata guru gw pas kelulusan, Dia bilang " Ini bukan akhir dari perjalanan hidup kamu, tapi ini adalah awal perjalanan hidup kamu yang sesungguhnya" artinya adalah masa masa sekolah adalah masa masa belajar, praktek sesungguhnya adalah ketika kita sudah keluar dari sana untuk mengarungi bahtera kehidupan" dimana capek, lelah,letih, mikirin kebutuhan hidup, kerjaan, hubungan keluarga dimulai pada saat kita meningggalkan pintu sekolah
Hapus