Memasuki usia 20 tahun, akhirnya aku menyadari banyak hal yang telah aku lewatkan dan baru aku ketahui.
Seperti pendidikan yang ternyata seserius itu; mampu membuatku menangis berkali-kali saat mengetahui banyak target yang tidak bisa aku capai. Padahal waktu SMA, aku begitu sangat baik-baik saja ketika laporan kimia atau tugas fisika tidak bisa kukerjakan dengan baik. Tanggung jawabku menjadi jauh lebih besar mengingat bahwa biaya dan kepercayaan yang diberikan orang tuaku bukanlah hal sepele.
Aku juga baru menyadari bahwa keluargaku terkadang punya beberapa hal rumit yang cukup menyita pikiran mereka dan seringkali berdiskusi satu sama lain tanpa melibatkanku.
Dan tentu saja hubunganku yang seringkali mama tanyakan ke aku; siapa dia, kuliah dimana, siapa keluarganya, siapa orang tuanya. Menunjukkan bahwa aku sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas hubungan yang tengah aku jalani. Bahkan berkali-kali aku mencuri dengar ketika kedua orang tuaku membahas tentang aku dan dia.
Pergaulan di usia ini pun mulai terasa sangat berbeda. Ketika SMP aku mempunyai geng ala-ala, dan di SMA aku mampu bersahabat dengan seluruh anak di kelas. Namun ketika memasuki dunia perkuliahan, kami mulai menjalani hidup masing-masing, sudah jarang merusuh di grup kelas, apalagi bertemu dan berkumpul. Akhirnya mau tidak mau aku mencari orang-orang baru di kampus. Meskipun awalnya sangat sulit dengan sifatku yang begini, tapi akhirnya aku menemukan mereka.
Namun semakin lama, rangkulan kami semakin merenggang. Semester 1, semester 2, semester 3, hingga sekarang, satu persatu pergi. Entah karena cita yang tak sama, atau cinta yang berada di tempat yang tidak tepat. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menahannya tetap tinggal hingga akhirnya aku harus siap bahwa suatu saat nanti, aku akan kembali sendiri.
Seperti pendidikan yang ternyata seserius itu; mampu membuatku menangis berkali-kali saat mengetahui banyak target yang tidak bisa aku capai. Padahal waktu SMA, aku begitu sangat baik-baik saja ketika laporan kimia atau tugas fisika tidak bisa kukerjakan dengan baik. Tanggung jawabku menjadi jauh lebih besar mengingat bahwa biaya dan kepercayaan yang diberikan orang tuaku bukanlah hal sepele.
Aku juga baru menyadari bahwa keluargaku terkadang punya beberapa hal rumit yang cukup menyita pikiran mereka dan seringkali berdiskusi satu sama lain tanpa melibatkanku.
Dan tentu saja hubunganku yang seringkali mama tanyakan ke aku; siapa dia, kuliah dimana, siapa keluarganya, siapa orang tuanya. Menunjukkan bahwa aku sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas hubungan yang tengah aku jalani. Bahkan berkali-kali aku mencuri dengar ketika kedua orang tuaku membahas tentang aku dan dia.
Pergaulan di usia ini pun mulai terasa sangat berbeda. Ketika SMP aku mempunyai geng ala-ala, dan di SMA aku mampu bersahabat dengan seluruh anak di kelas. Namun ketika memasuki dunia perkuliahan, kami mulai menjalani hidup masing-masing, sudah jarang merusuh di grup kelas, apalagi bertemu dan berkumpul. Akhirnya mau tidak mau aku mencari orang-orang baru di kampus. Meskipun awalnya sangat sulit dengan sifatku yang begini, tapi akhirnya aku menemukan mereka.
Namun semakin lama, rangkulan kami semakin merenggang. Semester 1, semester 2, semester 3, hingga sekarang, satu persatu pergi. Entah karena cita yang tak sama, atau cinta yang berada di tempat yang tidak tepat. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menahannya tetap tinggal hingga akhirnya aku harus siap bahwa suatu saat nanti, aku akan kembali sendiri.
Aku tidak apa-apa sendirian.
Namun di usia ini pula aku baru meyadari bahwa sendirian itu kenapa-kenapa. Bahwa memperluas pergaulan memang harus dilakukan di bangku kuliah, salah satunya mengikuti organisasi. Aku pernah mendaftarkan diri di himpunan, lalu gagal. Sayangnya aku bukan orang yang kuat karena telah menanam ketidakpercayaan diri sejak lama. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya, merasa bahwa aku tidak dibutuhkan, tidak berguna, tidak pintar, dan tidak dapat diandalkan. Tapi ada beberapa suara yang menguatkanku yang akhirnya membuatku kembali mendaftarkan diri di tahun kedua.
Lalu kembali gagal, hehe.
Aku memutuskan untuk menyerah.
Anehnya, di usia ini, aku bukannya menggebu-gebu untuk memulai hidup sebagai orang dewasa justru semakin malas menjalani keseharianku. Malah bisa saja aku mengabiskan waktu seharian di atas kasur tanpa melakukan apa-apa. Sangat tidak berguna.
Dan sekarang aku tidak tau tujuan tulisan ini sebenarnya apa, hhh. Ya sudah, daripada terus ngelantur, mari tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 2:34 WITA.
Hayo yang tabah, Nis. Kami, khususnya saya, saat di tahun2 awal perkuliahan juga banyak mengalami hal pait. pernah itu sambil ngerjain tugas mid semester (tugas gambar estetika bentuk) saya ngegambarnya smabil nangis, ampe kertas gambarnya basah dan catnya kena dan warnanya kacau.
BalasHapusTentang keluarga juga, orangtua saya punya hutang dengan teman kerja atau bisa disebut juga sepupu jauh. Karena saya kuliahnya di kota dia tinggal, saya dititipin di situ. Kupikir ini tentang kebaikannya, taunya, saya jadi semacam jaminan. Karena tiap minggu pasti diceritain dan ditagih. (Maaf kalo ikutan curhat, harusnya menghicur dan mendengarkan).
Namun, ya, maksdunya walo terasa berat sekarang ini, ya mengeluh saja, tapi terus dijalani. Kalo kegagalan itu masih bisa dicoba lagi, ya, coba lagi. Kalo udah gak ada kesempatan nyoba ya udah. Beralih ke yang lain. Sebagai permulaan, coba ganti playlist lagunya sebulan ini. Kalo yang biasanya lagu melow sendu, ganti lagu yang menguatkan. Kayak Dmasiv - Jangan Menyerah, Atau bondan prakoso - yasudahlah, atau lainnya yang liriknya menyemangati diri.
kalo gak ada teman yang bisa diajak kali ini, nggak apa-apa. Bis amain sendirian di taman kota pas wiken, bisa nyambi mengamati perilaku anak kecil di sana, atau para pedagangnya. itu merefresh pikiran dan menenangkan juga.
Ya, semangat menjalani hari lah. Kita tak perlu menuntut diri untuk selalu hebat, asal kita sudah mencoba yang terbaik kali ini. Beri penghargaan dengan memanjakan diri.
Hai! Ya ampun, baca komen begini ketika lagi hampa-hampanya, terima kasih! You made my day T-T
HapusGapapa cerita, kamu udah cukup menghibur kok, dari cerita itu juga sekalian bisa aku jadiin reminder tiap kali aku ngerasa jatuh, hehe.
Gak nyangka banget setelah sekian lama gak ngeblog ternyata ada yang baca dan komen seberarti ini huhu terharu, sekali lagi terima kasih. Gak ngerti lagi mau bilang apa, terima kasih banyakkkkkk!