Jika Bukan Kamu

Jika bukan kamu,

mungkin hari ini aku akan bangun pagi karena bunyi alarm yang sengaja ku-setting dengan lagu Crooked Young. Terbangun dengan jiwa yang masih terasa melayang-layang karena menghabiskan waktu sepanjang malam untuk video call hingga ketika adzan shubuh berkumandang, akhirnya aku terlelap. Bukannya malah mengambil wudhu.

Kemudian aku akan tergesa-gesa untuk bersiap ke kantor sembari menelponnya karena dia minta dibangunkan juga. Lalu ketika mengangkat telepon, dia berkata "iya ini bangun, nanti istirahat jadi makan bareng?".

Tunggu, orang ini bisa saja memang pacarku. Tapi bisa jadi juga hanyalah seseorang dengan hubungan tanpa status denganku. Entah apa yang membuat kami tidak bisa pacaran padahal sudah sedekat itu.


Atau..

Jika bukan kamu,

mungkin saat ini aku sedang uring-uringan di kantor karena sebelum tidur tadi malam, aku melihat seseorang yang aku suka memposting foto wanitanya di Instagram, atau bisa saja aku uring-uringan karena aku ingin berkomunikasi dengan orang yang kusuka namun tidak ada suatu kepentingan yang bisa membuat chat yang kukirim menjadi hal yang normal.

Iya, jika bukan kamu, bisa saja saat ini aku menyimpan rasaku sendirian kepada orang yang bahkan tidak menganggapku penting.


Atau..

Jika bukan kamu,

mungkin saat ini aku menolak membuka Instagram karena banyak postingan yang relate dengan hubunganku yang kusembunyikan dari orang-orang. Entah karena hubungan yang ditentang, atau kami memang tidak seharusnya bersama. Namun, kami tetap bersikeras menganggap bahwa tidak ada yang salah. 

Lalu di setiap harinya, aku hanya akan mendengarkan lagu-lagu sendu penuh cinta dan me-repost quotes galau, sebagai curahan hati karena kurasa tidak ada yang bisa memahamiku.


Atau..

Jika bukan kamu,

mungkin saat ini aku sedang berusaha melakukan pendekatan dengan seseorang sekedar untuk menemani ngobrol di Whatsapp atau telepon di malam hari. Tidak menutup kemungkinan bahwa orang itu adalah orang yang hanya kutemui random di internet. Siapa saja, asal aku punya teman mengobrol 24/7.


Atau..

Jika bukan kamu,

mungkin saat ini aku jomblo tanpa siapapun yang mau mendekatiku. Maka kuhabiskan waktu sehari-hari hanya dengan bekerja, menonton drama, atau mengganggu teman-temanku. Menjadi jomblo sejak lahir mungkin akan membuatku terbiasa sendirian, meski setiap kali melihat pasangan romantis di TikTok aku selalu berangan-angan bisa punya pacar. Tapi pada akhirnya aku akan tetap menjomblo karena takut untuk menjalin hubungan.


Atau..

Jika bukan kamu,

mungkin saat ini aku berada dalam hubungan yang tidak sehat. Jangankan nongkrong, chat teman cowok aja dilarang atau bahkan jalan dengan teman cewek juga tidak boleh. Maka setiap kali aku hangout, aku akan bilang ke temanku "eh kalo ngestory jangan tag aku ya, soalnya aku ga bilang-bilang ke dia kalo aku jalan sama kalian" karena dia juga memegang akun Instagramku. Setiap hari, aku akan mengeluh tentang hubunganku ke teman-temanku tentang dia yang selalu minta dikabari setiap detiknya dan akan mendiamiku berhari-hari jika sedikit saja aku melakukan kesalahan.

Lalu teman-temanku hanya akan merespon seadanya untuk setiap ceritaku karena mereka terlalu lelah menasehatiku untuk mengakhiri hubungan itu.


Jadi,

jika bukan kamu,

mungkin saja aku punya kisah cinta yang sangat manis atau justru tragis.


Tapi aku bersyukur karena itu adalah kamu.

Aku tidak perlu ditelepon setiap malam hingga subuh karena aku tau kamu butuh istirahat di malam hari, dan sebaliknya, kamu mengerti bahwa aku adalah orang yang selalu tidur lebih awal.

Meski LDR, aku juga merasa baik-baik saja. Aku tidak perlu diantar jemput ke kantor atau makan siang bersama. Berjauhan bukan jadi sebuah masalah besar karena aku tau apa yang kita kejar saat ini adalah impian kita masing-masing yang nantinya pasti akan menjadi hal baik buat aku, kamu, atau kita berdua. Kita masih bisa bertemu meski hanya sekali dua kali dalam setahun. Lagi pula, saat ini ada sebuah sistem canggih bernama video call.

Aku bingung bagaimana menceritakan hubungan ini. Tapi rasanya semuanya sudah pas sesuai porsinya. Tidak melulu manis karena pasti ada perdebatan-perdebatan kecil hingga besar. Namun, kamu mengerti apa dan bagaimana hubungan ini harusnya berjalan. Tidak mengekang namun juga tidak melepaskan, karena pada dasarnya kita sadar bahwa apapun yang terjadi, kita tetap bertaut.


Makanya, aku sungguh bersyukur karena itu adalah kamu,


Terima kasih, ya..

Komentar