Seorang Teman dan Masa Depannya

Ada hari-hari dimana seorang teman datang ke mejaku untuk sekedar ngobrol ringan sambil nunggu urusannya selesai. Terkadang sekali seminggu, sekali dua minggu, atau bahkan sekali sebulan. Dia temanku sejak hampir 10 tahun yang lalu, gak begitu dekat tapi cukup akrab kalo udah ketemu. Umm, itu artinya kami berteman sejak aku dan dia masih sibuk berkutat dengan sekolah, teman, bermain, dan tentu saja tanpa arah tujuan hidup.


Sekarang kesibukan dan lingkungan kami sudah berbeda sehingga setiap kali ketemu akan selalu ada cerita baru meskipun tetap hanya berputar-putar pada topik yang sama; tentang bagaimana pekerjaanku, bagaimana usahanya berkembang, dan bagaimana rencananya kedepannya. Anehnya aku selalu penasaran dan gak pernah bosan dengan topik itu karena bersamaan dengan cerita-ceritanya, aku ngerasa dia berkembang dengan sangat baik dalam hidupnya. Sebagai temannya, tentu saja aku senang. Gimana enggak, di usia kami yang sama, dia udah kerja kantoran, punya usaha yang aku tau banget setiap hari selalu rame, dan ditambah lagi sekarang dia sedang membangun rumahnya sendiri. Cool!

Selain itu, aku suka ketika seseorang punya pencapaian yang sangat baik di hidupnya, dia bercerita tanpa rasa sombong atau terlihat membangga-banggakan diri sendiri. Setidaknya aku gak pernah merasakan itu setiap denger dia cerita. Padahal pencapaian-pencapaiannya itu sudah layak dia sombongkan, tapi untungnya enggak, hehe. I mean, risih gak sih kalo denger orang cerita tapi ada berasa kalau orang itu membangga-banggakan dirinya? Males banget, kan?

Setiap ketemu dia, sedikit demi sedikit pikiranku harus terbuka dong. Bahwa hidup itu harus terus maju dan jangan pernah puas sama apa yang sekarang dicapai. Saat ini dia sedang mewujudkan satu persatu mimpinya, maka seharusnya akupun begitu. Menyusun rencana-rencana baik untuk hidupku kedepannya sampai akhirnya satu persatu mimpiku juga terwujud karena semakin tahun usia semakin bertambah, apalagi gak selamanya aku akan selalu berada di bawah ketek orang tua. 

Meski ketika memikirkan masa depan selalu terbesit pikiran; jadi orang dewasa itu sulit ya. Tapi mulai sekarang mungkin bisa kutepis dengan; dia aja bisa menjalaninya dengan baik meski harus terseok, kenapa aku enggak bisa? 

So, lets see.. :)

Komentar